Begadang Oh Begadang . .

Konon kabarnya orang sukses senang begadang dan mengurangi jam tidurnya. Di saat orang lain sudah terlelap, mata mereka masih melotot, bahkan sedang getol-getolnya beraktivitas, baik yang menggunakan otak maupun otot. Benarkah mengurangi tidur malam merupakan salah satu kunci sukses?
Mantan pejabat seperti halnya Margareth Thatcher, Soeharto, Habibie, konon tidur malam hanya tiga jam. Helmy Yahya waktu sekolah di Amerika juga melakukan hal yang sama. Bahkan pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin, terus bekerja selama 24 jam selagi mereka kuat.

Selama ini saya belum pernah menemukan biografi orang sukses yang jam tidurnya sama dengan yang sering dinasehatkan dokter, yakni 6-8 jam sehari. Kalau Anda bisa menemukannya mungkin saya akan menjadi jamaahnya. Soalnya, saya paling tidak bisa tidur singkat. Setiap hari saya harus tidur minimal 6 jam. Kalau kurang dari itu, pasti siangnya akan menguap dan mengantuk.

Terkadang saya khawatir, jangan-jangan masalah tidur ini yang membuat kesuksesan saya tidak secepat teman-teman. Apalagi, ada pepatah yang berbunyi,”Wa man thalabal ula, sahiral layali”. Artinya, siapa yang mengharapkan kemuliaan, hendaklah dia menghidupkan malam.

Di dunia nyata, banyak businessman yang percaya bahwa malam adalah sumber rejeki. Banyak keputusan atau deal penting terjadi di tengah malam. Kalau sudah malam orang sudah tidak terlalu ngotot, sehingga negosiasi bisa lebih “smooth” dan menyenangkan.

Sholat malam atau tahajud juga dianjurkan di sepertiga malam. Saat itu “noise” berkurang sehingga komunikasi antara makhluk dengan Sang Khalik bisa lebih lancar.

Bagi pengusaha atau pemilik perusahaan, kerja sampai malam tidak menjadi masalah karena mereka memang menikmatinya. Tetapi bagi karyawan hal ini menjadi sebuah persoalan besar.

Hermawan Kertajaya pernah mengalaminya saat dia menjadi karyawan dan setelah menjadi bos. Waktu dia masih karyawan di Sampoerna, pemilik sering mengajak meeting sampai pukul 03.00 pagi. Si bos tetap semangat, sementara karyawan sudah kewalahan. Sebaliknya, setelah dia menjadi pemilik Markplus, gantian dia yang meeting sampai pagi dengan senang hati, tetapi karyawannya gondok.

Begadang atau tidak, bukan masalah, selama Anda menikmatinya. Bagaimana menurut Anda?

(beberapa kutipan diambil dari blog Hery Azwan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Psikologi Okupasional

Psikologi Klinis dan Penyuluhan atau Konseling

Tulus - Teman Hidup